EMPAT RAKSASA MENGHADAPI AFRIKA
Afrika tetap menjadi bagian integral dalam rencana Tuhan di akhir zaman. Musuh tampaknya telah menetapkan rencananya untuk menghalangi Afrika memenuhi takdir nubuatannya di musim ini. Kami mengkaji empat raksasa yang merangkum tantangan-tantangan yang dihadapi Afrika
Ada pertumbuhan kebangkitan kembali dengan semangat anti-Kristus khususnya di Afrika sub-Sahara. Hal ini untuk melawan area dimana gereja berkembang dan bertumbuh paling cepat. Hal ini dilakukan melalui pendanaan lembaga pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, program pemerintah hingga pemerintah yang menuntut pendirian lembaga keagamaan dengan tujuan yang sama. Kadang-kadang cara-cara yang lebih damai seperti perdagangan, kegiatan-kegiatan sosial dilakukan, namun ketika dianggap tidak berjalan dengan kecepatan yang dapat diterima, maka kekerasan pun digunakan. Semangat ini memiliki tujuan akhir untuk menguasai dunia
Peradaban Barat membawa agama Kristen dan prinsip/nilai Kristiani. Sekarang mereka telah menolak dan meninggalkan pandangan dunia dan prinsip-prinsip Yahudi-Kristen dan menganut agama baru yang disebut “hak asasi manusia”. Mereka telah membuang hukum moral Yahudi-Kristen tanpa meninggalkan standar moral.
Afrika mendapat kitab suci, undang-undang termasuk anti-homoseksualitas dari tuan kolonial kita dan dorongan misionaris yang dihasilkannya. Populasi di Afrika hampir 1 miliar dan upaya sedang dilakukan untuk mengurangi populasi.
Raksasa Barat memiliki pengaruh politik, kekuatan militer, kecanggihan teknologi, kekuatan ekonomi, keunggulan ilmu pengetahuan. Peradaban Barat yang dulunya merupakan alat di tangan Tuhan, kini berada di tangan Anti-Kristus. Mendorong agenda di Afrika yang anti-Tuhan.
Tiongkok (memimpin di Timur) adalah mitra pembangunan baru bagi negara-negara Afrika dengan mega proyek di hampir seluruh negara Afrika. Hal ini memberikan cakrawala baru bagi Timur untuk memperluas kebijakannya dan mencari peluang bagi penduduknya. Tiongkok mendorong rakyatnya untuk mencari tempat untuk menetap di bumi. Mereka membuat rencana strategis dengan Afrika – Afrika adalah satu-satunya benua yang memiliki lahan subur dan akomodasi. Hubungan bisnis bukanlah isu utama namun sebuah pintu masuk.
Kita harus memandang orang-orang Tionghoa di Afrika secara positif sebagai peluang untuk menjangkau mereka dengan Injil yang tidak mudah dilakukan di Tiongkok sendiri.
Hal ini dipelopori oleh Renaisans Afrika dari Afrika Selatan di mana sangoma memimpin pengabdian bangsa serta kegiatan nasional lainnya. Saat ini sangomas (penyihir) lebih dihormati daripada uskup. Kebangkitan kembali pemujaan leluhur ini menelan lebih banyak orang Afrika dibandingkan raksasa dari utara dan barat. Banyak suku dan kelompok masyarakat menghadapi tantangan untuk kembali ke 'allah nenek moyang'.